Allah

Minggu, 27 Januari 2013

Kesuksesan Hidup Dalam Al-Qur’an

Tidak ada yang mengharapkan bahkan berdoa meminta dirinya menjadi miskin, pastilah kita menginginkan kebahagian dan kesuksesan baik didunia dan akhirat, karena kesuksesan merupakan langkah awal kita untuk tidak tergelincir kedalam lubang kekafiran.

Hidup didunia merupakan sebuah keseimbangan antara hablumminallah dan hamblumminannas, karena menurut Ust. H. Muhammad Rahmatullah dalam artikelnya di buletin mimbar jum’at edisi 18 Muharram 1432H :

“Hidup ini sesungguhnya surga sebelum surga, jika kita menghendakinya. Ibnu Taimiyah berkata : Tak akan dapat menikmati surga bagi sesorang yang belum menikmati surga dunia.”

Sahabat inilah yang disampaikan KH. Didin Hafiduddin yang saya kutip dalam hikmah di republika.co.id adapun Indikator kesuksesan antara lain, seperti diungkapkan dalam QS Al-Mukminun (23): 1-11 (yang sering dijadikan contoh pribadi Rasulullah SAW yang sukses), yaitu:

Pertama, selalu berusaha untuk menegakkan shalat dengan penuh kekhusyukan dengan cara menjadikan shalat sebagai sebuah kebutuhan utama di samping kewajiban. Shalat dijadikan sebagai medium utama untuk meraih pertolongan dan ridha Allah SWT. Apalagi jika ditambah dengan shalat berjamaah yang dijadikannya untuk membangun silaturahim dan menguatkan ukhuwah Islamiyah di antara sesama orang yang rukuk dan sujud.

Kedua, mampu menghindarkan diri dari ucapan dan tindakan yang tidak ada manfaatnya. Artinya, berusaha memiliki etos kerja dan produktivitas yang tinggi serta mempersembahkan yang terbaik dalam bidang dan keahliannya sehingga betul-betul menjadi orang yang bermanfaat bagi masyarakat dan lingkungannya.

Ketiga, selalu berusaha mengeluarkan sebagian hartanya untuk diberikan kepada yang membutuhkan, terutama kaum dhuafa dalam bentuk zakat, infak, dan bentukbentuk kedermawanan lainnya. Sikap ini akan melahirkan kekuatan etika dan moral di dalam mencari rezeki. Hanya rezeki yang halal-lah yang ingin ia dapatkan.

Keempat, mampu menjaga akhlak dan kehormatannya dalam pergaulan dengan lawan jenis sehingga selalu terjaga kejernihan hati, pikiran, dan juga raganya. Dalam situasi apa pun tidak pernah melakukan kegiatan hura-hura yang penuh dengan kebebasan dan permisif.

Kelima, selalu ber usaha menjaga amanah dan janjinya. Disadari betul bahwa segala potensi yang ada pada dirinya se-perti ilmu pengetahuan dan harta meru pakan amanah dan titipan dari Allah SWT yang kemudian akan dipertangungjawabkan di hadapanNya. Persepsi dan pandangan seperti ini akan menyebabkan seseorang tidak akan pernah menghalalkan segala macam cara untuk meraih kenikmatan dunia yang sifatnya sesaat dan sementara.


Niat yang ikhlas dan kerja keras yang dilandasi dengan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT merupakan bingkai utamanya. Wallahu a’lam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar